Prihatin dengan meningkatnya suhu udara dan kerusakan lingkungan di Kota
Batu, Lembaga Kajian Konservasi Lingkungan (LK2L) bersama-sama Forum Komunikasi
Wartawan Batu (FKWB) menggelar kampanye Lindungi Oksigen dan Air Kita.
Gerakan penghijauan berbentuk kampanye ini dilaksanakan mulai 21 November
2011 hingga 21 Desember 2011 mendatang. Menurut M. Dhani Rahman, Ketua Panitia Pelaksana, kampanye ini bertujuan
untuk memobilisasi peran masyarakat dalam gerakan penghijauan.
”Lewat kampanye ini, kita berharap bisa merubah kerangka berpikir
masyarakat terhadap pentingnya kelestarian alam,” terang Sekretaris LK2L ini. Sasaran
dari kegiatan kampanye ini adalah permukiman penduduk, sekolah dan kantor
pemerintahan.
Menurut Dhani, satu pohon hanya menghasilkan 1,2 kilogram oksigen yang
hanya cukup untuk bernafas dua orang saja. Jika kita menebang satu pohon,
artinya sudah dua orang kehilangan oksigen mereka.
Beragam kegiatan dilaksanakan dalam kampanye Lindungi Oksigen dan Air Kita
ini, antara lain lewat dialog interaktif di Radio Republik Indonesia (RRI),
Radio Tidar Sakti FM juga lewat Agropolitan Televisi (ATV).
Selain itu, panitia juga menggandeng beberapa operator seluler untuk
mengirimkan blass sms (SMS layanan publik) untuk mengirimkan pesan kampanye.
Cara lain yang dilakukan adalah menggelar lomba SMS lingkungan yang
diselenggarakan di Radio Tidar Sakti sejak 15 November 2011 hingga 25 November 2011.
”Peserta lomba jumlahnya cukup banyak, selain bisa menggerakkan mereka
untuk menanam pohon, lomba SMS ini juga meningkatkan kreatifitas peserta,”
terang Dhani.
Puncak dari kegiatan ini adalah pencanangan kampanye Lindungi Oksigen dan
Air Kita bertempat di SMAN 2 Batu pada 26 November. Hadir dalam kegiatan
tersebut, Ketua Penggerak PKK Kota Batu, Ny Dewanti Rumpoko, Wahyu Trihananta
dari Tim Ekologi Biokonservasi (TEB) UMM, Bambang Parianom, Kepala KLH Kota
Batu dan Simon Purwoali, anggota DPRD Kota Batu.
Kegiatan diawali dengan penanaman 10 Pohon di lingkungan sekolah. ”Selain
di SMAN 2, pada hari yang sama, ada penanaman pohon yang dilakukan secara
mandiri oleh masyarakat, seperti di Pondok Pesantren Al-Hidayah Temas dan
Pondok Pesantren Al-Falah, Dadaprejo,” terang Dhani.
Kegiatan penanaman ini dilanjutkan dengan pemutaran film dan diskusi
lingkungan, serta aksi teaterikal dan bagi-bagi brosur.
Dalam diskusi terungkap kerusakan hutan di Kota Batu sangat memprihatinkan.
Dari luasan hutan yang ada, tingkat kerusakannya mencapai 50%. Selain kerusakan hutan, Pemkot Batu juga
belum mampu memenuhi 20% keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH).
“Kerusakan hutan lindung di wilayah Kota Batu ini sudah cukup parah.
Ditambah lagi banyak pembangunan infrastruktur seperti perumahan yang tidak
mampu menyediakan ruang terbuka hijau,” urai Simon yang menjabat sebagai Wakil
Ketua Komisi B DPRD Kota Batu ini.
Berdasarkan data dari Kantor
Lingkungan Hidup (KLH) Kota Batu, luas hutan
di Kota Batu mencapai 11.227 hektare (ha). Dari luasan itu, tingkat kerusakannya mencapai 5.900 ha.
di Kota Batu mencapai 11.227 hektare (ha). Dari luasan itu, tingkat kerusakannya mencapai 5.900 ha.
Sementara untuk RTH, berdasarkan
UU no 26/ 2007 tentang tata ruang perkotaan, setiap kota/kabupaten harus memiliki
RTH sekitar 20% dari luas area. Sementara Kota Batu hingga kini baru memiliki
RTH seluas 13% saja. Menurut Simon, persoalan RTH yang tidak sesuai dengan
aturan ini memang menjadi sorotan dari Pemprov Jatim. Pemprov mendesak pemkot
untuk bisa memenuhi kebutuhan RTH yang berfungsi sebagai hutan atau paru-paru kota.
Terpisah, Kepala KLH Kota Batu,
Bambang Parianom mengatakan, kerusakan hutan di Kota Batu disebabkan oleh
kegiatan penjarahan hutan dan pengalihfungsian lahan pertanian.
“Beberapa tahun lalu banyak terjadi aktivitas penjarahan hutan secara
illegal. Hal itu diperparah lagi dengan banyak masyarakat yang membabat hutan
lindung untuk digunakan sebagai lahan pertanian,” kata Bambang.
Ditempat terpisah, Arif Erwinadi, Ketua LK2L menjelaskan, mereka lebih
memilih melakukan kampanye ketimbang melakukan penghijauan secara massal karena
lebih efektif. Dalam sebuah penghijauan massal, banyak pohon yang mati dalam
proses pengangkutan maupun dalam proses perawatan.
”Kerusakan pohon yang kita tanam bisa diminimalkan dengan menanam pohon
dalam jumlah terbatas. Selain mengantisipasi matinya pohon dalam proses
penghijauan, menanam pohon dalam jumlah terbatas bisa meningkatkan pantauan,”
ujar Arif. Dengan cara ini, jumlah pohon yang hidup akan lebih banyak.
Lebih lanjut Arif mengatakan dari waktu ke waktu suhu udara di Kota Batu
semakin meningkat tajam. Sepuluh tahun yang lalu suhu udara di Desa Tulungrejo,
Kecamatan Bumiaji berada pada kisaran 16 derajat, namun saat ini berkisar 24
derajat celcius bahkan terkadang bisa melebihi kisaran itu.
Perambahan kayu yang tak terkendali di hutan sekitar Batu telah
mengakibatkan peningkatan suhu. Begitu juga dengan maraknya penebangan pohon di
jantung kota dan kebakaran hutan berpengaruh terhadap meningkatnya suhu udara.
Akibat lain bisa ditebak, berpengaruh pada kunjungan wisata dan mulai bergugurannya usaha petani apel Malang
yang dulu identik dengan Kota Batu. ”Karena itu, mari kita menanam satu pohon
saja di sekitar lingkungan rumah kita,” ajak Arif. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar